Musik dan mimpiku


Jumat, 1 Mei 1998 pukul 03.00 WIB di sudut kota kembang aku lahir ke dunia dengan nama Tubagus Muhamad Berlian. Tubuhku tumbuh dan berkembang sebagaimana waktu berputar, menjadi anak yang bisa dibilang “hyper aktif” karena dari waktu kecil saya senang melakukan hal hal yang tak lazim bagi seumuran anak 5 tahun. Masa kecilku sangat menyenangkan karena hidup di gang kecil yang sangat padat penduduknya, tetapi hal itu membuatku merasa bahagia karena bisa merasakan betapa hangatnya orang-orang yang ada di daerah ini.
Masa sekolah SD banyak dihabiskan dengan bermain sepak bola, namun hal itu berubah saat menginjak kelas 4. Aku dan teman-teman lebih tertarik dengan permainan online yang saat itu sedang ramai. Bahkan kegiatan di sekolah pun banyak yang terganggu, tetapi setelah kelas 6 akhirnya aku coba meninggalkan kebiasaan buruk itu dengan cara mencari kegiatan yang lebih positif namun tetap menyenangkan. Akhirnya skateboard menjadi salah satu hobi baru yang ditekuni. 
Ternyata ketika masuk ke SMP banyak sekali yang senang akan hobi bermain skateboard ini, aku merasa senang karena serasa menemukan “dunia” sendiri. Hampir tiap akhir minggu bermain skateboard tanpa mengenal rasa lelah bahkan ketika jam istirahat disekolah berlangsung pasti digunakan untuk bermain skateboard. Masa bermain pun akhirnya terganggu karena aku lebih fokus bermain musik karena ada perlombaan band tingkat kota Bandung. Waktu terasa singkat karena fokus terbagi dua antara belajar dan latihan bermusik.
Perlombaan pun tiba saatnya dan aku merasa gugup karena takut hasil kerja keras ini akan gagal, akhirnya teman-teman mendukung agar tak gugup dan percaya diri untuk penampilan yang akan dihadapi sekarang. Tak disangka ternyata aku berhasil juara dua tingkat SMP Kota Bandung. Dari sini lah aku berpikir mungkin musik adalah dunia yang cocok, dan benar saja selepas dari perlombaan ini tawaran untuk “manggung” pun berdatangan tanpa henti. Sampai sekolah pun terganggu sampai berminggu minggu namun aku tetap menjalankan tawaran manggung tersebut, karena aku berpikir itu dapat menjadi “jam terbang” yang sangat berguna untuk kedepannya agar bisa selalu siap kalau saja ada tawaran manggung yang mendadak.
Kegiatan bermusik pun sempat terhambat karena masalah keluarga. Sesudah orangtuaku berpisah, bahkan semua terhambat karena aku merasakan betapa pahitnya tinggal sendiri. Semuanya aku lakukan sendiri, tetapi dari kejadian ini aku mulai belajar untuk mandiri. Walaupun begitu aku tetap pergi ke sekolah karena menurutku jika tidak sekolah akan membuat orangtuaku kecewa. Namun akhirnya aku bisa menerima keadaan ini, meski terasa berat aku pun berusaha sekuat tenaga untuk menerima keaadan yang ada. 

            Setelah lulus dari SMPN 28 Bandung aku meneruskan sekolah di SMAN 20 Bandung. Untuk beradaptasi dengan lingkungan baru di SMA terasa sangat susah karena hanya sedikit teman yang sudah dikenal. Selama tiga tahun di SMA hanya sedikit kenangan yang ada karena lebih banyak menyendiri dan bermain dengan teman-teman sewaktu SMP dulu. Lomba band pun ternyata dilaksanakan lagi tapi lebih luas jangkauannya karena sekarang tingkat Jawa Barat. Persiapan pun lebih matang lagi karena ini seolah-olah mempertaruhkan “gengsi” antar band di kota Bandung. Dan akhirnya juara satu aku dapatkan dalam perlombaan ini, dan dari sini aku merasa bangga ternyata bakat dalam bermusik. 
Namun aku merasa sedih karena tidak diizinkan oleh orang tua untuk kuliah di jurusan musik. “mau jadi apa kalau kuliah di jurusan musik”, itulah kalimat yang diucapkan oleh orangtuaku karena beliau adalah seorang dosen yang tau bagaimana nantinya jika kuliah di jurusan musik. Padahal aku rasa kuliah harus sesuai minat dan bakat agar bisa menjadi orang yang sukses terlepas dari jurusan apa yang dihendaki. 
Tahun 2016 aku kuliah di ITENAS jurusan teknik industri. Banyak hal yang membuatku tidak nyaman untuk kuliah di kampus ini salah satunya waktu yang terkuras banyak, sampai-sampai kegiatan bermusik pun terhambat. Seharusnya aku dan bandku ini telah membuat album untuk disebarkan kepada masyarakat diluar sana. Jadi aku memutuskan untuk ikut lagi SBMPTN dan berharap bisa lulus di ITB, karena dari dulu sangat tertarik untuk kuliah disana.
Lalu aku mengikuti bimbingan belajar untuk mengikuti kembali SBMPTN. Jadwal pun seringkali bentrok dengan jadwal kuliah, namun aku lebih memilih les karena sudah sangat yakin dengan keputusan untuk pindah kampus. Akhirnya, aku meninggalkan kuliahku di ITENAS karena sibuk mempersiapkan diri di bimbingan belajar. Dengan hitungan akademik aku hanya mengikuti pembelajaran selama satu semester di ITENAS. Hal ini sangat terasa berat karena harus meninggalkan teman-teman disana. Namun, ternyata Tuhan berkata lain aku gagal di tes SBMPTN. Rasa kecewa pun sangat mendalam.

Aku mengikuti SIMAK UI namun gagal. Namun, ternyata aku diterima di jalur SMUP UNPAD di jurusan manajemen produksi media. Aku pun sangat merasa bahagia namun sedih karena hanya bisa lulus di UNPAD dengan tingkatan D4. Orang tua pun sempat melarang dan memerintahkan untuk mengikuti ujian mandiri di UIN SGD Bandung. Lalu aku mengikuti tes dan ternyata lulus di jurusan hukum. Sempat berat untuk memilih yang mana, namun aku lebih memilih UNPAD karena tidak mau kejadian sebelumnya terulang lagi. Pilihanku juga akhirnya mendapat dukungan dari kedua orangtua karena mungkin mereka juga tak mau memaksakan kehendak mereka.
Sering kali rasa malas pun datang karena aku sekarang menjadi seorang “mahasiswa baru” untuk kedua kalinya. Untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru aku merasa sangat kesulitan, karena memang sifatku yang seperti ini. Namun mau tak mau harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini. Jarak dari rumah ke kampus pun aku rasa menjadi salah satu faktor yang membuatku malas, tetapi mau bagaimana lagi aku harus semangat karena memang ini adalah keputusanku untuk pindah kuliah.
Bagian yang terpenting yaitu saat ini aku sudah mulai bisa berdamai denganNya, hidup lebih terasa tenang dan kesedihan tentang keadaan keluarga bisa terlupakan. Selain itu aku sudah bisa mengatur waktu untuk kuliah dan kegiatan bermusik. Mungkin impianku untuk kuliah di jurusan musik sudah tidak akan bisa tercapai, tetapi mungkin nanti setelah lulus aku akan serius lagi untuk bermusik dan menyebarkan karyaku ke seluruh penjuru dunia.*

Comments